test
Search publications, data, projects and authors

Article

Other

ID: <

oai:doaj.org/article:46ee0cb45e354c5aacb9cf4280750767

>

·

DOI: <

10.30959/patanjala.v11i2.478

>

Where these data come from
BETUTU BALI: MENUJU KULINER DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA

Abstract

Etnis Bali yang beragama Hindu, telah memiliki sumber daya budaya berupa kuliner tradisional betutu dari bahan ayam dan bebek. Kuliner betutu dimasak dengan bumbu “jangkep” (lengkap). Kuliner ini pada awalnya difungsikan sebagai makanan persembahan terhadap Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Hyang Maha Esa, dan hasil persembahannya disantap bersama-sama. Namun, perkembangan selanjutnya difungsikan sebagai hidangan kaum raja-raja dan keluarganya, dan kebutuhan sosial. Dalam menghadapi politik global dan pariwisata, maka Betutu difungsikan sebagai kebutuhan biologis anggota masyarakat secara umum, pariwisata dan diplomasi. Tujuan dari penulisan artikel ini (1) melestarikan kuliner Betutu Bali (2) mempopulerkan kuliner Betutu sebagai media identitas, toleransi (kerukunan, keharmonisan) antar umat beragama, etnis dan bangsa. Artikel ini menggunakan konsep kuliner, gastro diplomasi dan teori fungsional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan kuliner Betutu dapat diterima oleh semua kalangan dengan terbukti dapat ditemukan atau disajikan di hotel-hotel berbintang, restauran, dijual di warung-warung makanan dengan omset yang selalu meningkat. Hindus Balinese ethnic has cultural resources in the form of betutu, a traditional culinary from chicken and duck. Betutu is cooked with "jangkep" (complete) spices. This food was originally functioned as a food offering to Ida Hyang Widhi Wasa (Hyang the One God), and the results of her offerings were eaten together. However, further developments functioned as a dish for the kings and their families, and social needs. In the face of global politics and tourism, Betutu functioned as the biological needs of community members in general, tourism and diplomacy. The purpose of writing this are (1) preserving Betutu Bali culinary (2) popularizing Betutu culinary as a medium of identity, tolerance (harmony) between religious and ethnic groups. This article uses concepts such as culinary, gastro diplomacy and functional theory. This study uses descriptive qualitative methods with sampling techniques like purposive sampling and snowball sampling. The results of this study show that Betutu culinary can be accepted by all people, proven to be found or served in starred hotels, restaurants, sold in food stalls with an ever-increasing turnover.

Your Feedback

Please give us your feedback and help us make GoTriple better.
Fill in our satisfaction questionnaire and tell us what you like about GoTriple!